🆕 Digital Art Release: Stand With Palestine 💔 🇵🇸  – Lihat di sini

Apa Itu Chromium? Kenapa Banyak Web Browser Berbasis Chromium?

Aji Zakaria

Bagi yang sering menjelajah internet dengan menggunakan web browser, pasti sudah tidak asing lagi dengan nama-nama ini: Google Chrome, Mozilla Firefox, Opera, Internet Explorer (sekarang Microsoft Edge), Safari, dan lain-lain.

Yap, itu semua adalah major web browser yang paling populer digunakan oleh user untuk mengakses website yang ada di internet.

Web Browser Terpopuler 2023

Berdasarkan data statistik dari StatCounter, berikut ini adalah market share dari web browser per September 2023

StatCounter.com

Terlihat bahwa Google Chrome jauh menguasai pangsa pasar web browser saat ini.

Google Chrome menjadi yang paling banyak digunakan untuk mengakses internet oleh pengguna komputer di seluruh dunia hingga saat ini.

Apalagi Google Chrome juga digunakan oleh “jutaan hingga miliaran” pengguna Android di seluruh dunia.

Nah, dibalik suksesnya Google Chrome dalam menguasai industri ini. Ada yang namanya The Chromium Project.

Sebuah proyek pengembangan dari Google Chrome, yang basis kodenya dibuat menjadi open source.

Apa Itu Chromium?

apa itu chromium web browser

Chromium adalah proyek web browser open source dari Google.

Source code dari Chromium itu terbuka untuk umum dan dapat digunakan secara gratis oleh siapa saja yang ingin memodifikasinya.

Google Chrome juga menggunakan basis kode yang sama dengan Chromium ini.

Hanya saja, pengembangan dari Chrome terbilang lebih maju, karena dikembangkan secara internal oleh pihak Google dan juga untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan layanan dari Google itu sendiri.

Sedangkan pengembangan dari Chromium lebih mengandalkan komunitas secara suka rela.

Jadi, masih ada perbedaan fitur antara Chromium dan Google Chrome, walaupun Google Chrome menggunakan basis kode yang sama.

Website Chromium

Mengapa Mulai Banyak Web Browser Populer yang Menggunakan Basis Kode Chromium?

web browser berbasis chromium

Karena popularitas Google Chrome yang masih belum tertandingi hingga saat ini.

Akibatnya, banyak developer website hanya fokus mengembangkan website mereka agar kompatibel dengan Google Chrome.

Yap, para developer mungkin malas jika harus memasukkan masing-masing kode yang berbeda-beda agar desain website mereka bisa kompatibel dengan web browser selain Google Chrome.

Akibatnya, sering kali suatu website lebih bagus dan rapi tampilannya ketika dibuka dari Google Chrome. Namun tidak sesuai ekspektasi dan berbeda ketika dibuka dari web browser yang lain.

Chromium vs Non Chromium

Di bawah ini adalah contoh perbedaan tampilan website Teksnologi.com ketika dibuka dari Mozilla Firefox dan Google Chrome.

Mozilla Firefox

firefox rendering engine

Google Chrome

google chrome rendering engine

Bisa dilihat, pada bagian border dari judul artikel di Firefox terlihat lebih tebal dibandingkan dengan yang ada di Google Chrome.

Padahal, kami masih menggunakan kode css dengan parameter yang sama.

Di bagian lainnya, juga terdapat perbedaan pada bagian font di artikel. Lagi-lagi, font di Firefox terlihat sedikit lebih tebal daripada Google Chrome.

Kok bisa begitu? Itu bisa terjadi karena masalah kompatibilitas antara engine dari Chromium dan Non Chromium.

Intinya, antara Firefox dan Google Chrome, mereka merender konten website dengan algoritma mesin yang berbeda. Alhasil, juga berpengaruh ke bagian output.

Firefox tidak menggunakan basis kode Chromium. Mereka mengembangkan engine rendering mereka sendiri bernama Gecko. Sedangkan Chrome menggunakan basis Chromium dengan engine Blink, V8, dan Webkit.

Hal seperti ini yang sering kali bikin para web developer “frustasi”.

Makanya, mungkin itu jugalah yang menjadi salah satu alasan, kenapa perusahaan kompetitor dari Google Chrome, seakan secara “terpaksa” lebih memilih untuk menggunakan basis kode yang sama dengan Google Chrome agar bisa bersaing di industri ini.

Terlebih, Google Chrome punya banyak ekstensi yang cukup melimpah di Chrome Web Store, untuk meningkatkan fungsionalitasnya.

Makanya, mulai banyak web browser populer saat ini yang menggunakan basis Chromium agar juga bisa menggunakan ekstensi yang sama dengan yang tersedia di Chrome Web Store.

Selain itu, mereka juga tidak perlu bersusah payah untuk mengembangkannya mulai dari 0.

Dan pada akhirnya, hampir semua web browser populer yang ada saat ini telah menggunakan basis kode yang berasal dari si Chromium itu sendiri.

Lucunya, perang web browser yang saling berebut mempertahankan dominasinya ini justru menggunakan resource yang berasal dari kompetitornya itu sendiri.

Kalau Semua Pakai Chromium, Lalu Bagaimana?

apa itu chromium

Wah, jadi ngga unik dong? Kok ngga kreatif banget sih? Hmmm, kalau dipikir-pikir ya kesannya jadi seperti itu.

Tapi, itulah perkembangan industri terknologi saat ini. Tidak ada yang salah, selagi itu open source dan memang diperbolehkan oleh si pengembang asalnya (Google).

Malah jadi lebih bagus dan menguntungkan, terutama dari sisi pengguna dan para pemilik website.

Secara tidak langsung, jadi ada standarisasi untuk kebutuhan web design dan web development ini.

Suatu website bisa menjadi sama dan konsisten tampilannya ketika dibuka dari web browser yang berbeda, namun masih berbasis Chromium (menggunakan rendering engine webkit, yang sama dengan Google Chrome).

Selain itu, web browser yang dikembangkan dari basis Chromium ini masih bisa dikembangkan lagi oleh developernya agar bisa menjadi lebih unik.

Terbukti, masing-masing web browser yang ada saat ini, sudah memiliki fitur-fitur uniknya tersendiri sebagai nilai jual andalan yang mereka tawarkan kepada para penggunanya.

Web Browser Mana Saja yang Berbasis Chromium?

web browser berbasis chromium

Berikut ini adalah beberapa web browser populer dan juga pendatang baru yang punya fitur unik dengan berbasiskan Chromium:

Microsoft Edge

Sebelum adanya Edge, Microsoft mengandalkan browser Internet Explorer sebagai peramban default di sistem operasi Windows.

Namun, IE atau si Internet Explorer ini sering menjadi sasaran bullying karena pengembangannya yang cenderung “terbelakang”. Sering kali tampilan website tidak sesuai ekspektasi ketika dibuka dari IE.

Akhirnya, pada tahun 2015, Internet Explorer mulai digantikan dengan engine dan nama baru, sebagai Microsoft Edge. Seiring dengan rilisnya Windows 10 pada saat itu.

Pada 2019, Microsoft mengumumkan bahwa mereka telah menggunakan basis kode open source dari Chromium untuk pengembangan Edge hingga saat ini.

Saat ini ekstensi yang ada di Google Chrome, juga bisa dipasang di Microsoft Edge Chromium.

Download Edge

Opera

opera web browser

Opera mulai beralih menggunakan Chromium pada tahun 2013 untuk semua versi web browsernya (desktop dan mobile).

Sebelumnya mereka menggunakan rendering engine yang mereka kembangkan sendiri dengan nama Presto Engine.

Saat ini, Opera masih menggunakan Chromium dengan beberapa fitur unik yang mereka kembangkan sendiri.

Opera menawarkan built in VPN untuk mengakses website secara anonim dan menembus penyensoran yang ada di internet.

Ekstensi Google Chrome bisa dipasang di Opera? Yap, bisa banget.

Download Opera

Vivaldi

vivaldi web browser

Vivaldi dikembangkan oleh mantan CEO Opera.

Karena ada suatu alasan, akhirnya ia keluar dan membentuk timnya sendiri untuk mengembangkan web browser baru dengan nama Vivaldi.

Vivaldi mulai dirilis pada tahun 2016 dengan menggunakan basis Chromium.

Kini Vivaldi sudah memiliki fitur uniknya tersendiri dengan berbagai kustomisasi. Ada ad blocker, privacy tracker, tab stacking, tiling, vertical tab, dan masih banyak lagi.

Tentunya, Vivaldi juga bisa menginstall ekstensi yang berasal dari Chrome Web Store.

Download Vivaldi

Brave

brave web browser

Brave dikembangkan oleh pendiri bahasa pemrograman JavaScript sekaligus mantan CEO dari Mozilla Corporation.

Sama seperti Vivaldi, Brave masih tergolong sebagai pemain baru. Dia dirilis pada tahun 2016 menggunakan basis Chromium.

Brave menawarkan fitur pemblokir iklan otomatis (adblocker) dan juga pemblokir tracker.

Untuk menjaga privasi penggunanya. Brave bisa terhubung ke jaringan Tor untuk browsing secara anonim.

Download Brave

Torch

torch web browser

Browser ini dikembangkan khusus terutama bagi pengguna yang suka mendownload konten multimedia di internet.

Torch bisa mendownload torrent dan grabbing file video dan audio dari berbagai macam website.

Torch mulai dirilis pada tahun 2012 dengan menggunakan basis Chromium.

Download Torch

Blisk

Blisk dikembangkan khusus untuk para desainer website yang ingin menguji desain website responsive mereka dengan mensimulasikannya ke dalam berbagai resolusi layar yang berbeda-beda.

Kita bisa melihat previewnya secara langsung dalam layar smartphone, tablet, dan desktop secara bersamaan.

Download Blisk

Cuma Itu?

Sebetulnya engga cuma itu, masih ada web browser lainnya yang juga dikembangkan menggunakan basis kode Chromium.

Tapi karena menurut saya kurang menarik dan kurang populer, bahkan ada juga yang sudah discontinued. Jadi saya hanya tampilkan list yang menurut saya paling menarik dan punya fitur unik saja.

Kesimpulan

Nah, itu dia beberapa web browser populer dan pendatang baru yang dikembangkan menggunakan basis kode Chromium yang open source, sama seperti Google Chrome.

Dengan adanya kesamaan engine yang digunakan, secara tidak langsung akan menjadikan web browser punya standarisasi agar lebih konsisten dalam menampilkan halaman website.

Karena setiap browser menggunakan engine yang sama, maka ini bisa mengurangi beban kerja para web desainer untuk fokus mengembangkan website mereka pada satu platform.

Selain itu, dari sisi kenyamanan pengguna, juga akan merasakan pengalaman mengakses website yang tetap sama (tampilannya terlihat konsisten).

Walaupun menggunakan engine yang sama, setiap browser ini sudah memiliki fitur-fitur uniknya tersendiri yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya.

Favorit Saya

Kalau saya pribadi, masih mengandalkan Google Chrome sebagai web browser utama. Terutama karena kemudahannya untuk terintegrasi dengan layanan Google yang lain. Kita bisa menyimpan bookmark, password, dan data lainnya dengan mudah melalui fitur Sync yang bisa disinkronisasi ke akun Google.

Follow:
Sharing tutorial digital art di Instagram: @ajizakaria
Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *