🆕 Digital Art Release: Stand With Palestine 💔 🇵🇸  – Lihat di sini

Apa Itu Blockchain? Teknologi Di Balik Bitcoin, Kripto, NFT dan Web3

Aji Zakaria

Blockchain adalah teknologi yang memungkinkan terjadinya transaksi elektronik yang aman dan terverifikasi tanpa perlu adanya otoritas pusat atau lembaga keuangan.

Blockchain merupakan sebuah basis data yang terdistribusi dan terdesentralisasi, yang berarti bahwa informasi yang tersimpan di dalamnya tidak disimpan pada satu server atau lokasi tertentu, tetapi tersebar di banyak node jaringan di seluruh dunia.

Blockchain terdiri dari sekumpulan blok yang terikat satu sama lain dengan menggunakan teknik kriptografi.

Setiap blok menyimpan informasi tentang transaksi yang terjadi, seperti tanggal, waktu, dan jumlah uang yang ditransfer. Setiap blok juga menyimpan hash (identifikasi unik) dari blok sebelumnya, sehingga membuatnya sulit untuk dimanipulasi dari oknum yang ingin mengubah informasi data yang tersimpan di dalamnya.

Cryptocurrency, seperti Bitcoin, juga menggunakan teknologi blockchain sebagai dasar sistem transaksinya. Blockchain juga banyak digunakan dalam aplikasi lain yang membutuhkan transparansi dan kepercayaan, seperti sistem verifikasi identitas, sistem pemungutan suara elektronik, dan lain-lain.

Sejarah Blockchain

Sejarah blockchain dimulai pada tahun 1991, ketika ilmuwan komputer bernama Stuart Haber dan W. Scott Stornetta mengembangkan sebuah sistem yang disebut “secured chain of blocks” atau “rantai blok yang teraman”. Rantai blok ini memungkinkan terjadinya transaksi elektronik yang aman dan terverifikasi tanpa perlu adanya otoritas pusat atau lembaga keuangan.

Pada tahun 2008, seorang ilmuwan komputer dengan nama samaran Satoshi Nakamoto menerbitkan sebuah whitepaper yang berjudul “Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System”, yang menjelaskan tentang sebuah sistem mata uang digital yang menggunakan teknologi blockchain sebagai dasar sistem transaksinya. Pada tahun 2009, Satoshi merilis kode sumber Bitcoin secara publik dan menjadi orang pertama yang menambang (mining) Bitcoin.

Sejak itu, teknologi blockchain terus berkembang dan digunakan dalam berbagai bidang, seperti keuangan, logistik dan lain-lain.

Menariknya, hingga kini identitas asli dari Satoshi Nakamoto masih belum diketahui.

Manfaat dan Keunggulan Blockchain

Ada beberapa keunggulan yang ditawarkan oleh teknologi blockchain, di antaranya:

  1. Keamanan: Blockchain menggunakan teknik kriptografi untuk mengamankan transaksi dan informasi yang tersimpan di dalamnya, sehingga sulit untuk diubah atau dimanipulasi.
  2. Transparansi: Informasi yang tersimpan di dalam blockchain dapat diakses oleh semua pengguna yang terhubung ke jaringan, sehingga membuat proses transaksi lebih transparan.
  3. Desentralisasi: Blockchain tidak dikontrol oleh satu otoritas atau lembaga pusat, tetapi dikontrol oleh jaringan pengguna yang tersebar di seluruh dunia. Ini membuat proses transaksi lebih cepat dan tidak tergantung pada otoritas atau lembaga tertentu.
  4. Efisiensi: Blockchain dapat mengurangi biaya transaksi dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan transaksi, karena tidak perlu adanya intermediasi atau verifikasi dari pihak ketiga.
  5. Dapat diandalkan: Blockchain tidak dapat diubah atau disunting setelah informasi yang tersimpan di dalamnya divalidasi oleh jaringan pengguna. Ini membuat proses transaksi lebih terpercaya dan dapat diandalkan.

Cara Kerja Blockchain

  1. Seseorang melakukan transaksi dengan mengirimkan sejumlah cryptocurrency atau aset digital lainnya ke alamat tujuan.
  2. Transaksi tersebut dikirim ke jaringan blockchain dan divalidasi oleh sekelompok komputer yang disebut “miner”.
  3. Setelah transaksi divalidasi, maka miner akan menambahkannya ke dalam sebuah blok baru yang akan ditambahkan ke jaringan blockchain.
  4. Setiap blok di dalam blockchain terikat satu sama lain dengan menggunakan teknik kriptografi, sehingga membuatnya sulit untuk dimanipulasi dari oknum yang ingin mengubah informasi yang tersimpan di dalamnya.
  5. Setelah blok baru ditambahkan ke blockchain, maka transaksi tersebut akan terverifikasi dan dapat dilihat oleh semua pengguna yang terhubung ke jaringan.
  6. Proses ini terus berlangsung secara terus menerus, sehingga membuat blockchain menjadi sebuah basis data yang terdistribusi dan terdesentralisasi yang menyimpan histori transaksi yang terjadi di dalamnya.

Contoh Penggunaan Blockchain

Contoh penggunaan teknologi blockchain yang paling terkenal adalah mata uang digital kripto atau cryptocurrency, seperti Bitcoin (di Indonesia kita menyebutnya sebagai aset kripto).

Bitcoin adalah cryptocurrency pertama yang diciptakan pada tahun 2009. Bitcoin menggunakan blockchain sebagai dasar sistem transaksinya, yang memungkinkan terjadinya transaksi keuangan yang aman dan terverifikasi tanpa perlu adanya otoritas pusat atau lembaga keuangan.

Selain itu, terdapat juga contoh penggunaan blockchain lainnya, seperti:

Sistem verifikasi identitas: Blockchain dapat digunakan untuk menyimpan dan memverifikasi identitas seseorang, sehingga membuat proses verifikasi lebih cepat dan aman.
Sistem pemungutan suara elektronik: Blockchain dapat digunakan untuk menyimpan dan memverifikasi hasil pemungutan suara, sehingga membuat proses pemilu lebih transparan dan terpercaya.
Supply chain management: Blockchain dapat digunakan untuk menyimpan dan memverifikasi informasi tentang produk yang diproduksi, dari sumber bahan baku hingga distribusi ke konsumen. Ini membuat proses pengelolaan rantai pasokan lebih transparan dan efisien.
Aset digital: Blockchain dapat digunakan untuk menyimpan dan memverifikasi kepemilikan aset digital, seperti karya seni, musik, dan lain-lain. Ini membuat proses transaksi aset digital lebih aman dan terpercaya.

Pemanfaatan Teknologi Blockchain Dalam Kehidupan Sehari-hari

Blockchain dapat digunakan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, baik secara pribadi maupun profesional. Berikut ini beberapa contoh pemanfaatan blockchain dalam kehidupan sehari-hari:

Pembayaran: Blockchain dapat digunakan untuk melakukan pembayaran dengan menggunakan mata uang kripto seperti bitcoin atau ether. Ini memungkinkan pengguna untuk melakukan transaksi secara langsung tanpa perlu melalui bank atau lembaga keuangan lainnya.
Pencatatan aset: Blockchain dapat digunakan untuk mengelola aset digital, seperti domain website, lagu, dan lainnya melalui platform NFT. Ini memungkinkan kamu untuk mencatat dan mengelola asetmu dengan mudah dan aman.
Pencatatan identitas: Blockchain dapat digunakan untuk mencatat identitas digital kamu, seperti paspor, SIM, dan lainnya. Ini memungkinkan kamu untuk memverifikasi identitasmu secara online dengan mudah dan aman.
Pembuatan kontrak: Blockchain dapat digunakan untuk membuat kontrak terdesentralisasi (smart contracts) yang dapat dijalankan secara otomatis tanpa perlu adanya lembaga keuangan atau hukum.
Pencatatan transaksi keuangan: Blockchain dapat digunakan untuk mencatat transaksi keuangan secara aman dan transparan. Ini dapat membantu mencegah penipuan dan mempercepat proses transaksi.

Ini hanya beberapa contoh pemanfaatan blockchain dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak lagi aplikasi blockchain yang bisa kita temukan dalam berbagai bidang, seperti keuangan, teknologi dan lainnya.

Macam-Macam Blockchain

Ada beberapa macam tipe blockchain yang digunakan, di antaranya:

Public blockchain: Public blockchain adalah jenis blockchain yang terbuka untuk umum, yang artinya siapa saja dapat mengakses dan memverifikasi transaksi yang terjadi di dalamnya. Contoh public blockchain adalah Bitcoin dan Ethereum.
Private blockchain: Private blockchain adalah jenis blockchain yang hanya dapat diakses oleh pihak-pihak yang terautorisasi, sehingga tidak terbuka untuk umum. Private blockchain biasanya digunakan oleh perusahaan atau lembaga yang ingin menjaga privasi dan keamanan transaksi yang terjadi di dalamnya.
Consortium blockchain: Consortium blockchain adalah jenis blockchain yang dikontrol oleh sekelompok lembaga atau perusahaan yang terpilih, bukan oleh satu otoritas atau lembaga pusat. Consortium blockchain biasanya digunakan untuk meningkatkan kepercayaan dan transparansi dalam proses transaksi yang terjadi di dalamnya.
Hybrid blockchain: Hybrid blockchain adalah jenis blockchain yang menggabungkan fitur public dan private blockchain. Hybrid blockchain biasanya digunakan untuk menyimpan informasi yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu informasi yang terbuka untuk umum dan informasi yang hanya dapat diakses oleh pihak-pihak yang terautorisasi.

Ekosistem Blockchain

Ekosistem blockchain merupakan sekumpulan aktivitas, infrastruktur, dan perangkat yang terkait dengan teknologi blockchain. Ekosistem ini terdiri dari berbagai komponen, di antaranya:

Pengguna: Pengguna adalah individu atau organisasi yang menggunakan teknologi blockchain untuk melakukan transaksi atau menyimpan informasi.
Miner: Miner adalah komputer yang terhubung ke jaringan blockchain dan bertanggung jawab untuk menambahkan transaksi baru ke dalam blockchain. Miner akan mendapatkan imbalan dari jaringan ketika berhasil menambahkan blok baru ke blockchain.
Node: Node adalah komputer yang terhubung ke jaringan blockchain dan bertanggung jawab untuk menyimpan salinan lengkap dari blockchain. Node ini bertugas mengirimkan transaksi baru ke miner untuk divalidasi dan ditambahkan ke blockchain.
Smart contract: Smart contract adalah sebuah kontrak yang ditulis dalam bahasa pemrograman dan dijalankan di atas blockchain. Smart contract memungkinkan terjadinya transaksi yang otomatis dan terverifikasi secara elektronik.
Aplikasi: Aplikasi adalah perangkat lunak yang menggunakan teknologi blockchain untuk menyelesaikan masalah atau memberikan layanan tertentu. Contoh aplikasi yang menggunakan teknologi blockchain adalah cryptocurrency, dApps, DeFi, dll.

Apa Hubungannya Kripto dan NFT dengan Blockchain?

Cryptocurrency (kripto) dan NFT (Non-Fungible Token) menggunakan teknologi blockchain sebagai dasar untuk menyimpan dan mengelola data.

Cryptocurrency menggunakan blockchain untuk mencatat transaksi keuangan yang dilakukan dengan mata uang kripto, sementara NFT menggunakan blockchain untuk mencatat aset digital yang unik dan tidak dapat ditukarkan dengan yang lain.

Keduanya merupakan contoh implementasi dari teknologi blockchain yang dapat digunakan untuk mengelola aset digital dengan aman dan transparan.

Contoh Blockchain Populer

Ada banyak proyek blockchain yang sedang berkembang saat ini. Berikut ini adalah beberapa proyek blockchain yang terkenal:

Bitcoin: Bitcoin adalah mata uang kripto pertama yang diciptakan pada tahun 2009. Bitcoin merupakan contoh yang paling terkenal dari blockchain, yang digunakan untuk mencatat transaksi keuangan yang dilakukan dengan bitcoin.
Ethereum: Ethereum adalah platform blockchain yang digunakan untuk membangun aplikasi terdesentralisasi (dApps). Ethereum menggunakan teknologi blockchain untuk mengelola aset digital dan membuat kontrak terdesentralisasi (smart contracts).
Ripple: Ripple adalah jaringan pembayaran yang menggunakan teknologi blockchain untuk menyediakan solusi pembayaran global yang cepat dan murah. Ripple bekerja sama dengan bank-bank besar untuk menyediakan layanan pembayaran yang lebih efisien.
EOS: EOS adalah platform blockchain yang digunakan untuk membangun aplikasi terdesentralisasi (dApps). EOS menggunakan sistem konsensus Delegated Proof-of-Stake (DPoS) untuk menambahkan blok baru ke jaringan.
TRON: TRON adalah platform blockchain yang digunakan untuk membangun aplikasi terdesentralisasi (dApps) dan mengelola aset digital. TRON menggunakan sistem konsensus Delegated Proof-of-Stake (DPoS) untuk menambahkan blok baru ke jaringan.

Ini hanyalah beberapa contoh kecil dari proyek blockchain yang terkenal. Ada banyak sekali proyek lainnya yang juga meraih sukses dan menjadi populer, tergantung pada bidang yang mereka tekuni.

Apakah Blockchain Bisa Dibobol?

Secara teoritis, teknologi blockchain memiliki keamanan yang tinggi dan sangat sulit untuk dibobol atau diretas. Hal ini dikarenakan blockchain menggunakan teknik kriptografi yang kuat untuk mengamankan transaksi dan informasi yang tersimpan di dalamnya, sehingga meminimalisir risiko terjadinya kecurangan atau penyalahgunaan informasi.

Jaringan blockchain dapat dibobol teoritis, tapi sangat sulit dilakukan dalam prakteknya.

Blockchain menggunakan teknologi enkripsi yang kuat untuk memastikan keamanan transaksi dan integritas data yang disimpan di dalamnya.

Untuk membobol sebuah jaringan blockchain, seseorang harus memiliki kekuatan komputasi yang sangat besar untuk melakukan serangan brute force pada enkripsi yang digunakan. Selain itu, jaringan blockchain terdistribusi, yang berarti bahwa data disimpan di banyak tempat yang berbeda, sehingga sulit untuk mengubah atau menghapus data dari jaringan.

Meskipun demikian, jaringan blockchain tidak terlindung dari semua jenis serangan. Sebagai contoh, jaringan blockchain dapat menjadi sasaran serangan yang disebut “51% attack”, di mana seseorang atau kelompok memiliki kekuatan komputasi yang cukup besar untuk mengendalikan sebagian besar jaringan dan melakukan transaksi yang tidak sah.

Namun, kemungkinan terjadinya serangan semacam itu sangat kecil.

Jadi, meskipun tidak mustahil, sangat sulit untuk membobol sebuah jaringan blockchain. Ini membuat blockchain menjadi teknologi yang aman dan dapat diandalkan untuk menyimpan dan mengelola data yang penting.

Bisakah Blockchain Digunakan Untuk Pemilu?

Blockchain dapat digunakan dalam proses pemilu sebagai mekanisme untuk meningkatkan transparansi dan kepercayaan dalam proses pemungutan suara. Blockchain dapat digunakan untuk mencatat dan memverifikasi suara yang telah diberikan sehingga tidak ada kemungkinan suara tersebut dapat diubah atau dihapus.

Beberapa contoh penggunaan blockchain dalam proses pemilu adalah:

Mencatat dan memverifikasi suara: Blockchain dapat digunakan untuk mencatat dan memverifikasi suara yang telah diberikan, sehingga tidak ada kemungkinan suara tersebut dapat diubah atau dihapus.
Mencegah pencoblosan ganda: Dengan menggunakan blockchain, sistem pemungutan suara dapat memastikan bahwa setiap orang hanya dapat memberikan satu suara.
Menyediakan transparansi: Blockchain dapat digunakan untuk menyediakan transparansi dalam proses pemilu dengan memungkinkan semua pihak yang terkait untuk melihat catatan suara yang tersedia.
Mengurangi kemungkinan kecurangan: Dengan menggunakan blockchain, sistem pemungutan suara dapat mengurangi kemungkinan kecurangan dengan memastikan bahwa semua suara yang diberikan tercatat dengan akurat dan tidak dapat diubah.

Meskipun demikian, perlu diingat bahwa penggunaan blockchain dalam proses pemilu tidak sepenuhnya menjamin keamanan dan transparansi, terutama jika terdapat kerentanan dalam implementasi atau konfigurasi sistem. Oleh karena itu, penting untuk melakukan uji coba dan evaluasi terhadap sistem pemungutan suara berbasis blockchain sebelum digunakan secara luas.

Kesimpulan

Berdasarkan pengertian dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teknologi blockchain merupakan sebuah sistem yang menyimpan dan memverifikasi transaksi elektronik secara terdesentralisasi. Blockchain menggunakan teknik kriptografi untuk mengamankan transaksi dan informasi yang tersimpan di dalamnya, sehingga membuat proses transaksi lebih aman, transparan, dan terpercaya.

Teknologi blockchain juga tidak tergantung pada satu otoritas atau lembaga pusat, tetapi dikontrol oleh jaringan pengguna yang tersebar di seluruh dunia. Ini membuat proses transaksi lebih cepat dan tidak tergantung pada otoritas atau lembaga tertentu.

Teknologi blockchain telah banyak digunakan dalam berbagai bidang, seperti keuangan, logistik, pasar saham, dan lain-lain.

✅ Bacaan selanjutnya:

Follow:
Sharing tutorial digital art di Instagram: @ajizakaria
Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *